Pakaian Adat Etnis Saluan di Kab. Luwuk

Senin, 14 Mei 2012



  1. Pakaian Adat Perempuan
    • Blus atau pakaian wanita yang disebut dalarn bahasa Saluan adalah Pakean Nu’boune.
    • Rok panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Rok Mahantan
    • Perhiasan berbentuk bintang
Assesoris yang digunakan:
- Gelang atau Potto
- Kalung atau Kalong
- Sunting, anting atau Sunting, Jaling
- Selempang atau Salandoeng
Pakaian Adat Laki-laki
  • Kemeja pria yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Pakean Nu’moane
  • Celana panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Koja
  • Penutup kepala/topi (Sungkup Nu’ubak)
  • Sarung pelengkap celana panjang (Lipa).
Sumber: Perpustakaan Taman Budaya Sulawesi Tengah
Jl. Abd. Raqie Glr. Dato Karama No1 Palu. Telp. (0451) 423092 

Pakaian Adat Etnis Toli-toli di Kab. Toli-Toli


Pakaian Adat Perempuan
  • Blus lengan pendek atau Badu yang pada bagian lengan terdapat lipatan-lipatan kecil, dihiasi manik-manik dan pita emas
  • Celana panjang atau Puyuka panjang dihiasi pita emas dan manik-manik
  • Sarung sebatas lutut atau Lipa
  • Selendang atau Silempang
  • Ban pinggang berwarna kuning
Assesoris yang digunakan:
  • Anting-anting panjang
  • Gelang panjang
  • Kalung panjang warna kuning
  • Kembang goyang
Pakaian Adat Laki-laki
  • Blus lengan panjang, leher tegak, dihiasi dengan pita emas dan manik-manik wama kuning
  • Celana panjang atau Puyuka panjang
  • Sarung sebatas lutut
  • Tutup kepala atau Songgo
Sumber: Perpustakaan Taman Budaya Sulawesi Tengah
Jl. Abd. Raqie Glr. Dato Karama No1 Palu. Telp. (0451) 423092

Pakaian Adat Etnis Mori di Kab. Morowali


  1. Pakaian Adat Perempuan
    Blus lengan panjang atau bahasa Mori disebut dengan Lambu, berwarna merah dengan hiasan dan motif rantai berwama kuning. Rok panjang berwama merah atau hawu juga bermotif rantai berwama kuning. Pada bagian kepala, menggunakan mahkota atau pasapu.
Assesoris yang digunakan:
- Konde atau Pewutu Busoki
- Tusuk Konde atau Lansonggilo
- Anting-anting atau Tole-tole
- Kalung atau Enu-enu
- Gelang Tangan atau Mala
- Ban Pinggang atau Pebo’o
- Cincin atau Sinsi
  1. Pakaian Adat Laki-laki
    Kemeja lengan panjang atau bahasa Mori dengan sebutan Lambu, berwama merah dengan hiasan motif rantai berwama kuning. Celana panjang berwama merah atau Saluara. Pada bagian kepala menggunakan destar atau Bate. Perlengkapan pakaian pria berupa ban pinggang atau sulepe.
Sumber: Perpustakaan Taman Budaya Sulawesi Tengah
Jl. Abd. Raqie Glr. Dato Karama No1 Palu. Telp. (0451) 423092

Pakaian Adat Etnis Kaili Kota Palu



  1. Pakaian Adat Perempuan
    1. Baju Nggembe
      Baju Nggembe adalah busana yang dipakai oleh remaja putri untuk Upacara Adat atau pesta. Baju Nggembe berbentuk segi empat, berkerah bulat berlengan selebar kain, panjang blus sampai pinggang dan berbentuk longgar. Baju Nggembe ini dilengkapi dengan penutup dada atau sampo dada dan memakai payet sebagai pemanis busana. Bagian bawah Baju Nggembe adalah sarung tenun Donggala yang berbenang emas atau dalam bahasa Kaili disebut dengan Buya Sabe Kumbaja.
    2. Cara Pemakaian Sarung. Mulanya hanya di kepit di pinggang dan ujung sarung terjuntai di pangkal tangan Ni Sakiki. Dalam perkembangannya pemakaian sarung Donggala dirubah dengan mengikat sarung dan kemudian disamping kiri atau kanan dilipat untuk memperindah serta memberi kebebasan bergerak bagi si pemakai.
    3. Assesoris
      - Anting-anting panjang atau Dali Taroe
      - Kalung beruntai atau Gemo
      - Gelang panjang atau Ponto Ndate
      - Pending atau Pende
  2. Pakaian Adat Laki-laki
Baju Koje / Puruka Pajana
Pakaian ini terdiri dari 2 bagian yaitu Baju Koje dan Puruka Pajama. Baju Koje atau baju ceki adalah kemeja yang bagian keragnya tegak dan pas dileher, berlengan panjang, panjang kemeja sampai ke pinggul dan dipakai di atas celana.
Puruka Pajana atau celana sebatas lutut, modelnya ketat, namun killnya harus lebar agar mudah untuk duduk dan berjalan. Pakaian ini dilengkapi dengan sarung dipinggang, keris, serta sebagian kepala menggunakan destar atau siga.
Sumber: Perpustakaan Taman Budaya Sulawesi Tengah
Jl. Abd. Raqie Glr. Dato Karama No1 Palu. Telp. (0451) 423092

Kesenian di Sulawesi Tengah

Apa tanggapan anda apa bila ada orang yang bertanya ; Kesenian itu penting buat kehidupan manusia ??
Postkan Komentar Anda Tentang Kesenian Ini !!!

Berbagai macam kesenian yang sampai sekarang masih digemari masyarakat, dan diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu misalnya:

Modero; merupakan tarian yang dibawakan oleh golongan tua dan muda pada waktu pesta panen (vunja). Tarian ini ditarikan di tengah sawah, biasanya sampai pagi hari. Tujuan dari tarian ini merupakan ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan panen, sekaligus merupakan hiburan bagi para petani setelah bekerja keras.

Vaino, merupakan pembacaan syair-syair yang dibawakan secara bersahut-sahutan. Biasanya dilakukan pada waktu pesta kedukaan, yaitu di antara malam-malam dari hari ke- 3 sampai hari ke- 40 setelah kematian.

Dadendate, dapat dikategorikan sebagai seni suara, berupa nyanyian yang dilagukan semalam suntuk oleh seorang pria dan seorang wanita secara bergantian dengan iringan alat musik gambus. Syair yang dinyanyikan berisikan sindiran yang sifatnya membangun. Kesenian ini pada umunmya digemari oleh semua lapisan umur dalam masyarakat.

Kakula, yaitu sejenis kesenian yang menggunakan seperangkat alat musik, terdiri dari 15 buah kakula, 2 buah tambur, dan sebuah gong.

Lumense dan Peule Cinde, adalah jenis tarian untuk menyambut tamu-tamu terhormat, yang diakhiri dengan menaburkan bunga kepada para tamu tersebut.
Mamosa, merupakan tarian perang yang dibawakan oleh seorang penari pria dengan membawa parang dan perisai kayu, yang ditarikan dengan gerakan melompat-lompat seperti menangkis serangan. Tarian ini diiringi alat musik gendang dan gong.

Morego; sejenis tarian untuk menyambut kepulangan para pahlawan dari medan pertempuran dengan membawa kemenangan. Sebelum tarian ini ditarikan, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti meminta restu kepada pemangku adat, kemudian mencari wanita pasangan menari yang belum menikah.

Pajoge, merupakan tarian yang berasal dari lingkungan istana, dan biasanya ditarikan pada waktu ada pesta pelantikan raja. Tarian ini merupakan hasil pengaruh unsur kesenian dari kebudayaan yang berkembang di Sulawesi Selatan. Para penarinya terdiri dari tujuh penari wanita dan seorang penari pria.

Balia, merupakan sejenis tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme, yaitu pemujaan terhadap benda-benda keramat, khususnya yang berhubungan dengan pengobatan tradisional terhadap seseorang yang terkena pengaruh roh jahat.


Sumber: Perpustakaan Daerah Propinsi
Jl. Banteng No. 6 Palu Telp. (0451) 482490

Alat Musik Tradisional Propensi Sulawesi Selatan

Sabtu, 12 Mei 2012

Peralatan instrumen musik tradisional Sulawesi Selatan bermacam-macam jenis dan fungsinya sehingga dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis alat instrumen musik tradisional, meliputi:



1. Jenis alat instrumen yang sumber bunyinya berasal dari kulit yang dibentangkan (membranofon) seperti  gendang, rebana dan sejenisnya. 
2. Jenis alat instrumen yang sumber bunyinya berasal dari udara (aerofon) seperti: suling, serunai, dan  sejenisnya. 
3. Jenis alat instrumen yang sumber bunyinya berasal dari alat itu sendiri (idiofon) seperti: gong, kennong,  dan kentongan. 
4. Jenis alat instrumen yang sumber bunyinya berasal dari dawai atau senar yang di bentangkan (kordofon) seperti: kecapi, rebab, dan gambus.


Jenis alat musik tersebut  tersebar pada 23 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, sebagai berikut:

  1. Kabupaten Gowa: gendang, puik-puik, gong, katto-katto, lesung (assung), rebab (keso-keso), kennong (kannong-kannong), gambus, kecapi, rebana, kancing, bulo sia-sia, dan berang-berang.
  2. Kabupaten Takalar: gendang, puik-puik, gong, katto-katto, lesung (assung), gambus, kecapi, rebana, mandaliung (mandolin), biola, suling toraya, genggong, keso-keso.
  3. Kabupaten Jeneponto: gendang, lesung (paddekko), gambus, rebana, mandolin (mandaliong).
  4. Kabupaten Bantaeng: gendang, lesung (paddekko), gambus, rebana, kalung-kalung tedong.
  5. Kabupaten Bulukkumba: gendang (ganrang poce dan ganrang tumpeng), basing, rebana, biola.
  6. Kabupaten Sinjai: suling, gendang, lesung, pauni, barrasa, ana’ backing, genggong, gamaru, jong.
  7. Kabupaten Barru: genrang riwakkang(gendang dipangku), mandaliung, gendang pencak, basing pasing, gambus, suling lontarak.
  8. Kabupaten Bone: genrang bajo, genrang sanro, genrang sinta, genrang bali, suling, katiting, genggong, genrang pangampi, mandaliung, gambus.
  9. Kabupaten pangkep: mandaliung, gendong-gendong, kecapi, gambus, genrang bulo, genrang ada’, genrang pamanca, lesung, biola.
  10. Kabupaten wajo: gandong-gandong, lea-lea, kancing-kancing, gong, genrang ba’wali, suling lampe, pitu-pitu, pani-pani, biola, katto-katto, palungeng(lesung), genrang tellu, genrang pamanca, paleppa, kecapi.
  11. Kabupaten soppeng: panoni, suling baliu, gambus, kecapi.
  12. Kabupaten Luwu Timur: bombonga (gong), singgala (gendang), ngge-ngge.
  13. Kabupaten Sidenreng Rappang: kecapi, suling bulatta, gendang, gong, gesong-kesong.
  14. Kotamadya Pare-Pare: kecapi, gendang bugis, marawis.
  15. Kabupaten Pinrang: genrang pamanca, kecapi.
  16. Kabupaten Selayar: gendang, billi-billi (serunai bamboo), gong, batti-batti, rabana.
  17. Kabupaten Maros: gendang, gong, ana’baccing, parappasa’(lea-lea), kannong-kannong(tawa-tawa).
  18. Kota Makassar: tanjidor, rebana, gendang, puik-puik, gong.
  19. Kabupaten Enrekang: musik bambu (pompang), baruttung.
  20. Kabupaten Toraja: gendang toraja, suling lembang.
  21. Kotamadya Palopo, kabupaten Luwu, dan kabupaten Luwu Utara: gendang, genrang ada, genrang biasa, suling. 
Sumber By: Oldies Bugis-Makassar